Sabtu, 17 April 2010

METODE PENGUMPULAN DATA

BAB VII
METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu di uji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpuulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran penelitian.

Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisis yang bersangkutan dalam sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap variabel ditentukan oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan. Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang penting dalam hubungannya dengan pengumpulan data, yaitu indikator empiris dan pengukuran.

Pengumpulan Data dalam Proses Penelitian














Gambar 7.2
Indikator empiris menunjuk pada apa yang diamati dari variabel bersangkutan, dan pengukuran menunjuk pada kualitas yang diamati. Misalnya variabel “keefektifan belajar “ mahasiswa yang dirumuskan sebagai derajat penggunaan untuk belajar menurut beban belajar yang diambil oleh mahasiswa dalam suatu semester terakhir.”
Indikator adalah waktu yang digunakan untuk mempelajari mata kuliah yang merupakan beban belajar yang telah direncanakan oleh setiap mahasiswa pada samppel. Istilah derajat menunjuk pada pengukuran, yaitu kualitas penggunaan waktu.
Sehubungan dengan masalah pengukuran ini, harus disadari bahwa kita menghadapi obyek yang berbeda-beda yang mengakibatkan adanya variasi dalam pengukuran. Prof. Dr. Sutrisno Hadi, MA, menyebutkan 5 sunber variasi pada pengukuran, yaitu :
1. Perbedaan yang terdapat dalam obyek-obyek yang diukur;
2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran dilakukan;
3. Perbedaan alat pengukuran yang digunakan;
4. Perbedaan alat penyelenggaraan atau administrasinya;
5. Perbedaan pembacaan dan atau penilaian hasil pengukurannya.

Masalah validitas dan reabilitas merupakan factor yang perlu diperhatikan dalam masalah pengukuran ini. Alat ukur dikatakan valid apabila alat itu mengukur yang diukurnya dengan teliti.
Proses pengumpulan data itu sendiri menurut Nan Lin pada umumnya terdiri atas 8 tahap sebagai berikut:
1. Tinjauan literatur dan konsultasi dengan ahli, pengumpulan data biasanya diawali dengan mengumpulkan informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui peninjauan literatur yang relevan dan konsultasi dengan para ahli.
2. Membina dan memanfaatkan hubungan yang baik dengan responden dan lingkungannya.
3. Mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap kelompok masyarakat dimana data akan dikumpulkan.
4. Uji coba atau pilot study. Pengumpulan data didahului dengan uji coba insteumen penelitian pada sekelompok masyarakat yang merupakan bagian dari populasi yang bukan sampel.
5. Merumuskan dan menyusun pertanyaan.
6. Mencatat dan memberikan kode (recording dan coding).
7. Croos checking, validitas, dan rehabilitas.
8. pengorganisasian dank ode ulang data yang telah terkumpul supaya dapat dianalisis.

B. Metode Pengumpulan Data

Ada berbagai metode yang telah kita kenal antara lain wawancara, pengamatan (observasi), kuesioner atau angket, dan dokumenter. Metode yang dipilih untuk suatu variabel tergantung pada berbagai factor terutama jenis data dan cirri responden.
Karena metode pengumpulan data tergantung pada karakteristik data variabel maka metode yang dipergunakan tidak selalu sam auntuk setiap variabel. Setiap variabel dapat juga mempergunakan dua metode atau lebih, yang pertama adalah metode utama,dan yang lain untuk kontrol silang.

1. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) adalah pengumpulan data di mana peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagai yang mereka saksikan selama penelitian. Peranan pengamat dapat dibedakan berdasarkan hubungan fartisifatifnya dengan kelompok yang diamatinya, yaitu:
a. Partisipan penuh
Menyamakan diri dengan orang yang diteliti. Dengan demikian pengamat dapat merasakan dan menghayati apa yang diamati oleh responden.
b. Partisipasi sebagai pengamat
Masing-masing pihak, baik pengamat maupun yang diamati, menyadari peranannya. Oleh karena itu, pengamat membatasi aktivitasnya dalam kelompok responden.
c. Pengamat sebagai partisipan
Peneliti hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan dalam penelitiannya.
d. Pengamat sempurna (complete observer). Peneliti hanya menjadi pengamat tanpa artisipasi dengan yang diamati.

Proses Pengamatan :
a. Persiapan termasuk latihan (training)
b. Memasuki lingkungan penelitian;
c. Memulai interaksi;
d. Pengamatan dan pencatatan
e. Menyelesaikan tugas lapangan

2. Survei
Nan Lin merumuskan pengrtian-pengertian survei sebagai berikut :
The survey is data collection method in which an instrument it used to solicit responses from a sample respondents.

Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrument is untuk meminta tanggapan dari responden tentang sampel. Ciri-ciri adalah :
a. Dipakai pada sampel yang mewakili populasi, khususnya probalistic sampling.
b. Tanggapan (respons) didapatkan secara langsung dari responden.
c. Karena biasanya survei dipakai pada sampel yang mewakili populasi, maka metode itu lebih disukai jika ingin ditarik kesimpulan dari sampel.
d. Survei dilaksanakan dalam situasi yang alamiah. Biasanya responden dikunjungi di kantor atau di rumah untuk dimintai informasi.

Pada dasarnya survey terdiri atas : wawancara dan kue-sioner, wawancara biasanya dilakukan dalam hubungan langsung atau bentuk tatap muka anatara perencanaan dan responden . Mengajukan pertanyaan, meminta tanggapan, dan melaporkan tanggapan itu secara terrtulis. Instrumennya disebut schedule.
Keuntungan dari kue-sioner terutama pada kebakuan dan biasanya yang rendah, sedangkan keuntungan wawancara terletak pada fleksibilitasnya dan tingkat ketergantungan pada responden.
Pemilihan pada umumnya tergantung pada :
a. Sifat respons
Jika diharapkan respons yang tinggi, misalnya 80 %, wawancara lebih baik dari pada kuesioner.
b. Kepekaan pertanyaan
Jika informasi yang diinginkan sangat berhubungan dengan fakta yang diketahui oleh publik, maka lebih baik kue-sioner, karena responden tidak akan merasa ditekan.

3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung anatara peneliti dan responden wawancara tidak hanya menangkap pemahaman tidak tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, engalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.

Menurut Mohammad Ali, keunggulan wawancara sebagai alat penelitian adalah :
1. Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu tanpa dibatasi oleh factor usia maupun kemampuan membaca.
2. Data yang diperoleh dapat langsung diketahui obyektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.
3. Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden yang diduga sebagai sumber data.
4. wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki hasil yang diperoleh melalui observasi terhadap obyek manusia maupun bukan manusia juga hasil yang diperoleh melalui angket.
5. Pelaksanaan wawancara dapat lebih pleksibel dan dinamis karena dilaksanakan dengan hubungan langsung, sehingga memungkinkan diberikannya penjelasan kepada responden bila suatu pertanyaan kurang dapat dimengerti.

Wawancara dilihat dari bentuk pertanyaan dapat dibagi dalam 3 bentuk yaitu:
a. Wawancara berstruktur
Pertanyaan-pertanyaan mengarahkan jawaban dalam pola pertanyaan yang dikemukakan.
b. Wawancara tak berstruktur
Pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara bebas oleh responden tanpa terikat pada pola tertentu.
c. Campuran
Bentuk ini merupakan campuran antara wawancara berstruktur dan tak berstruktur

4. Kuesioner (angket)
Kue-sioner atau angket hanya berbeda dalam bentuknya. Pada kuesioner, pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan pada angket, pertanyaan disusun dalam kalimat pertanyaan dengan jawaban yang tersedia.

Keunggulan kuesioner :
a. Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar responden yang menjadi sampel.
b. Dalam menjawab pertanyaan melalui angket, responden dapat lebih leluasa karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan responden.
c. Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang diberikan kepada respondenuntuk menjawab pertanyaan sebagaimana dalam wawancara.
d. Peta yang dikumpulkan dapat lebih mudah dianalisis, karena pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden sama.
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu.
Misalnya : Data statistik yang diterbitkan secara berkala oleh biro pusat statistik adalah dokumen yang mencatat berbagai perkembangan yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu tertentu.

C. Instrumen Penelitian
Untuk menggunakan cara yang telah ditentukan (pengamatan, wawancara, kuesioner, dokumenter) dibutuhkan alat yang dipakai untuk mengumpulkan data. Alat itulah yang kita sebut dengan instrument penelitian.
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatanatau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan infomasi dari responden.
Pada umumnya, bentuk instrument penelitian adalah :
1. Halaman judul
Pada halaman ini ditulis judul instrument, misalnya pedoman wawancara pada penelitian x. Pada sudut karena atas diberikan nomor formulir dan nomor responden. Kemungkinan kita menggunakan 3 bentuk instrument, yaitu formulir 01 : pedoman wawancara, formulir 02 : pedoman pengamatan, dan formulir 03 : Daftar angket.
2. Halaman pengantar
Di sini dikemukakan maksud dan tujuan instrument ini supaya tidak ada keraguan responden dalam mengisi.
3. Halaman isi
Halaman ini terdiri atas butir-bitir pertanyaan yang diperlukan untuk memperoleh data yang relevan.

1. Jawaban untuk variabel nominal
Jawaban yang akan diberikan oleh responden mengandung pengukuran. Untuk variabel nominal, pengikirannya dinyatakan dalam bentuk kategori yang setatar. Jumlah kategori pada umumnya tertutup. Tetapi dapat juga terbuka. Jumlah kategori bersifat tertutup jika kita mengetahui jumlahnya. Misalnya variabel gender atau jenis kelamin. Variabel ini hanya terdiri atas dua kategori, yaitu pria dan wanita. Demikian juga jenis sekolah menengah, kategorinya ada 5, yaitu SMU, SMK , SLB, Sekolah menengah keagamaan, dan sekolah kedinasan. Untuk pertanyaan-pertanyaan terhadap variabel seperti itu dapat disediakan pilihan jawaban sesuai kategorinya.

2. Jawaban Untuk Variabel Ordinal
Jawaban untuk variabel ordinal dapat disusun dalam berbagai bentuk pengukuran yang pertama adalah bentuk skala, Bentuk skala yang banyak dipakai adalah skala likert. Skalaini terdiri atas 5 jenjang mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi atau sebaliknya. Pengukuran dapat juga ditandai oleh responden pada garis yang telah disediakan dalam butir pertanyaan.
Untuk variabel yang bersifat psikis-emosional, pengukuran dapat dilakukan dengan apa yang dimaksud certain method. Untuk data yang menggambarkan gejolak emosional, (seperti kesenangan, tingkat kesetujuan, dan lain-lain). Pengukuran dapat ditingkatkan sampai tingkat interval. Metode pengukuran seperti ini disebut certain method.

3. Jawaban untuk Variabel Interval atau Ratio
Jawaban untuk variabel ini berbentuk bilangan sesungguhnya satuannya harus jelas dan pembulatan harus dinyatakan secara tegas misalnya :
Tuliskan usia anda saat ini, dinyatakan dalam tahun (> 0,5 tahun dibulatkan kelas, dan < 0,5 tahun dibulatkan ke bawah



Untuk bilangan yang memakai decimal, harus ditegaskan pembuatan pada desimalnya. Misalnya :
Indeks prestasi kumulatif studi anda pada akhir semester yang baru lalu, jika dibulatkan pada dua desimal



4. Kode pada Data Penelitian
Pada penbagian paling kanan dari butir-butir pertanyaan disediakan tempat untuk memberi kode pada jawaban-jawaban responden. Tempat ini tidak diisi responden, tetapi oleh peneliti sendiri. Setiap butir pertanyaan diediakan satu tempat kode. Tempat kode ini terdiri atas kotak yang dibagi atas dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas dibagi lagi dalam dua bagian, yaitu (1) kode variabel dan (2) nomor kolom pada master sheet di mana data ini akan dipindahkan dalam proses pengolahan. Bagian bawah disediakan untuk kode jawaban . Untuk itu, sebelum diolah jawaban-jawaban itu diberi kode dalam bentuk angka.





Kolom 3 s.d 5 pada master sheet
(Tabel Induk)


Data Variable: 3





Master sheet

DESAIN PENELITIAN

PERTETEMUAN V
DESAIN PENELITIAN

Pekerjaan penelitian dimulai penyusunan rancangan penelitian atau desain penelitian, kemudian menarik sampel, menyusun instrument analisis, dan penulisa laporan penelitian.

Desain penelitian merupakan cetak biru yang menentukan pelaksanaan selanjutnya. Penyusunan desain ini dilakukan setelah kita menetapkan topic atau judul penelitian yang akan dilaksanakan.
Desain penelitian memaparkan apa, mengapa, dan bagaimana masalah tersebut diteliti dengan menggunakan prinsif-prinsif metodologis yang telah dibicarakan sebelumnya.
Suatu penelitian mengandung dua aspek yang saling berhubungan dan merupaka persyaratan suat penelitian, yaitu:

1. Substansi Penelitian
Suatu penelitian menunjuk pada sustansi tertentu yang akan diteliti. Masalah yang diteliti harus jelas substansinya. Suatu penelitian dikatakan memiliki signifikansi yang teoritis jika penelitian tersebut berfungsi mengembangkan teori-teori dari dari ilmu pengetahuan yang menjadi substansinya. Selain memiliki signifikansi praktis. Suatu penelitian memiliki signifikansi praktis jika penelitian tersebut mendukung kepentingan-kepentingan praktis sehingga memberikan manfaat kepada masyarakat terkait.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian terhadap substansi tertentu harus memenuhi pernyataan metodologi penelitian sebagai suatu proses yang sistematis, terkendali, kritis, dan analisis.
Berkaitan dengan kedua syarat tersebut, maka desain penelitian pada umumnya dapat dibagi dalam dua pokok, yaitu konseptualisasi masalah dan operasionalisasi. Kedua pokok tersebut dapat disusun dalam pokok-pokok sebagai berikut:
1. Latar belakang Penelitian
2. Tujuan dan Hipotesis
3. Kerangka Dasar Penelitian
4. Penarikan Sampel
5. Metode Pengumpulan Data
6. Analisis Data

B. Latar Belakang Penelitian

Bagian ini merupakan pondasi dari seluruh proses penelitian karena semua konsep dasar dijelaskan disini. Sering juga bagian ini diberi judul pendahuluan. Paling sedikit ada 3 bagian yang perlu diungkapkan di sini
1. Dasar-dasar pemkiran tentang pentignya masalah yang akan diteliti. Hal ini dapat diungkapkan dari dua pendekatan, yaitu secara teoritis dan empiris.
2. Berusaha melihat masalah itu dalam kenyataan empiris, mengungkapkan kesenjangan-kesenjangan yang ada dan usaha-usaha yang pernah dilakukan untuk mengulanginya.
3. Mengungkapkan pentingnya (signifikansi) penelitian yang akan dilakukan.

C.Tujuan dan Hipotesis

Secara eksplisit tujuan yang akan dicapai oleh penelitian adalah jawaba terhadap pertanyaan dasar penelitian yang telah diungkapkan dalam latar belakang desain penelitian. Kalau pertanyaan penelitiannya adalah “ Apa yang mempengaruhi prestasi studi mahasiswa? “, maka pertanyaan ini menunjukkan bahwa masalah pokok penelitian berfokus pada prestasi studi mahasiswa. Karena itu, tujuan penelitian yang pertama adalah “Mengetahui prestasi studi mahasiswa,” dan yang kedua adalah “Mengetahui factor-faktor yang mepengaruhi prestasi studi mahasiswa.”
Tujuan penelitian tersebut dipertajam dengan menyusunnya dalam bentuk hipotesis. Tujuan pertama disusun dalam hipotesis pertama :”Prestasi studi mahasiswa rendah.” Tujuan penelitian yang kedua dipertajam dengan sejumlah hipotesis sesuai dengan banyaknya factor yang diduga akan mempengaruhi prestasi studi. Misalkan ada tiga factor yang mempengaruhi studi itu menurut pengamatan kita, yaitu:
1. motivasi belajar,
2. latar belakang ekonomi, dan
3. lingkungan belajar.

Untuk disusun 3 hipotesis, yaitu:
1. Ada hubungan yang positif antara prestasi studi dan motivasi belajar di kalangan mahasiswa.
2. Ada hubungan yang signifikan anatara prestasi studi dan latar belakang ekonomi mahasiswa.
3. Ada hubungan yang signifikan antara prestasi studi dan lingkungan belajar mahasiswa.

C. Kerangka Dasar Penelitian
Dalam kerangka dasar penelitian ini diungkapkan semua variabel yang akan diteliti rumusan operasionalnya, yangdilengkapi dengan indikator empiris dan pengukurannya.Kemudian semua variabel tersebut disusun dalam suatu keragka hipotesis yang memperlihatkan pola hubungan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain.” Pada contoh prestasi studi mahasiswa” di atas, ada 4 variabel yang akan diteliti, yaitu:
1. prestasi studi,
2. motivasi belajar,
3. latar belakang ekonomi, dan
4. lingkungan belajar.

Terhadap masing-masing variabel ini disusun definisi operasionalnya. Dikatakan definisi operasional karena definisi tersebut menuntun kita pada pengumpulan data yang relevan dan valid. Semua variabel yang telah didefinisikan itu ditempatkan dalam suatu kerangka hipotesis sesuai dengan tipe penelitian yang ingin kita lakukan. Pada tipe penelitian eksplanatif, ada variabel yang diterangkan diperlakukan sebagai variabel independen. Selain itu, banyaknya variabel dalam suatu hipotesis dengan multivariate. Kerangka dasar ini menjadi acuan bagi analisis data terutama dalam pengujian hipotesis.

D. Penarikan Sampel

Untuk maksud ini terlebih dahulu perlu digambarkan besar, batas-batas, dan ciri-ciri populasi penelitian. Apakah populasi penelitian tersebar dalam wilayah yang luas, atau terbatas dalam wilayah setempat. Besarnya populasi dinyatakan dalam jumlah anggota (satuan analisis) yang tercakup dalam poulasi itu (target population).kemudian digambarkan juga seberapa besar variasi diantara anggota-anggota populasi. Setelah itu barulah ditentukan seberapa besar sampel yang akan ditarik, dan bagaimana cara menariknya. Contoh “prestasi studi mahasiswa,” maka populasi kita misalnya adala mahasiswa perguruan tinggi X semester kelima sebanyak 2.000 orang. Mahasiswa sebanyak ini bervariasi menurut fakultasnya (missal ada 3 fakultas), dari jumlah ini akan ditarik sampel sebanyak 10% (200 orang) sampel ditarik secara berlapis proporsional, sebagai berikut

Strata Populasi Sampel
Fakultas A 750 75
Fakultas B 600 60
Fakultas C 650 65
Jumlah 2000 200

F. Metode pengumpulan Data
Bagian ini menunjukkan bagaimana data dri masing-masing variabel dikumpulkan dari sampel penelitian. Di antara erbagai metode yang ada sehingga kita mendapat data yang valid dan dapat dipercaya. Beberapa dari metode itu adalah wawancara, kuesioner, angket, observasi, dan documenter. Untuk setiap variabel dapat dipilih dua atau lebih metode, salah satunya adalah metode yang diutamakan, dan yang lainnyadipakai untuk mengontrol atau melengkapi metode utama. Pengungkapan metode tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk tabel seperti berikut :

Variabel Wawancara Kuesioner Dokumenter
1. Prestasi studi - - X
2. Motivasi belajar X - -
3. Latar belakang ekonomi - X V
4. Lingkungan belajar X - -
Keterangan: x: utama
V: pelengkap / control




G. Analisis Data
Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, data yang dikumpulkan perlu dianalisis. Supayalebih sistematis, maka analisis dilakukan dala dua tahap. Tahap pertama disebut tahap analisis pendahuluan, dan tahap dua analisis lanjut. Analisis pendahuluan terbatas pada analisis deskriptif untuk setiap variabel sampel. Tujuannya untuk mengetahui karakeristik setiap variabel pada sampel, dan menentukan alat analisis lanjut. Alat-alat analisis yang dipakai adalah:
1. tabel distribusi frekuensi sederhana
2. diagram statistic
3. ukuran tendensi pusat, seperti ukuran rata-rata, modus, dan median
4. dispersi yang menggambarkan variasi, dan
5. etimasi parameter.

PENARIKAN SAMPEL

PERTEMUAN V
PENARIKAN SAMPEL


A. Populasi dan Sampel

Untuk menentukan apakah hipotesis tersebut dapat diterima, perlu diuji dalam kenyataan empiris dengan mengumpulkan data yang relevan dengan variabel-variabel yang disebutkan dalam hipotesis.
Populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. Obyek tersebut disebut satuan analisis. Yang dimaksud satuan analisis adalah:
Those units that we initially describe for the ultimate purpose of oggregating their characteristics in order to describe some larger group or explain some abstract phenomenon.

Satuan analisis ini mengandung perilaku atau karakteristik yang diteliti. Misalkan kita ingin meneliti pengaruh gizi terhadap anak balita. Anak balita secara individual merupakan satuan analisis. Satuan analisis ini dibedakan dengan satuan pengamatan.
Satuan pengamatan adalah satuan tempat informasi diperoleh tentang satuan analisis. Jika perilaku anak balita diketahui melalui ibunya, maka ibu tersebut merupakan satuan pengamatan, sedangkan anak balita merupakan satuan analisis. Dapat juga satuan analisis sekaligus merupakan satuan pengamatan.
Berdasarkan banyaknya satuan analisis dalam satuan populasi, maka populasi dapat dibedakan atas populasi terbatas (definite population) dan populasi tidak terbatas (indefinite population). Secara teoritis, suatu poulasi dikatakan terbatas jika jumlah satuan analisis sebagai anggotanya dapat dihitung, maka perhitungan dapat berakhir. Jika kita meneliti mutu pendidikan di SMU di jawa tengah pada tahun 199, maka setiap SMU di daerah jawa tengah merupakan satuan analisis dari penelitian itu. Jumlahnya dapat dihitung, dan kalau dihitung, maka perhitungan dapat selesai.
Sampel sering juga disebut “ contoh,” yaitu himpunan bagian (subset) dari satuan populasi. Sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling. Populasi yang ditarik sampelnya pada waktu merencanakan suatu penelitian disebut target population, sedangkan populasi yang diteliti pada waktu melakukan penelitian disebut sampling population. Daftar nama satuan analisis pada sampling population ini sering disebut dengan sample frame. Target population dan sampling population dapat berbeda sebagai konsekuensi dari perbedaan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam jarak waktu tersebut populasinya bias berubah, bertambah atauberkurang karena berbagai sebab. Oleh karena itu, jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan jangan terlalu lama.
Masalah yang dihadapi dalam penarikan sampel adalah para penarikan sampel dan ukuran besar sampel. Hal ini sangat bergantung pada sifat populasi, terutama pada ketersebaran anggota dalam wilayah penelitian atau dalam kategori-kategori tertentu. Oleh karena itu, sebelum sampel ditentukan, perlu digambarkan terlebih dahulu karakteristik populasi yang diteliti, terutama untuk mengetahui sejauh mana keragaman atau variasi diantara satuan-satuan analisis dalam populasi yang bersangkutan.

B. Prinsip dan Cara Penarikan Sampel

Penarikan sampel sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mau membeli buah salak di pasar, terlebih dahulu dicicipi satu atau dua buah salak yang akan dibeli itu untuk memastikan enak atau tidaknya. Mengambil satu atau dua buah salak disebut penarikan sampel atau contoh, mencicipi buah salak disebut analisis sampel, dan memastikan enak atau tidak adalah tugas inferensi atau kesimpulan yang ditarik terhadap seluruh buah salak dalam karung tempat diambilnya sampel. Jika sampel yang ditarik tidak mewakili atau menggambarkan seluruh populasi, maka walaupun analisis sampelnya dilakukan dengan cermat, tetapi inferensi yang dilakukan terhadap seluruh populasi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu prinsip keterwakilan (representatif) merupakan prinsip dasar pada penarikan sampel.
Jika sebiji buah salak yang dicicipi tidak mewakili semua buah salak di dalam karung tempat contoh itu diambil, maka tidak dapat ditarik kesimpulan, yang berlaku umum terhadap populasi buah salak. Sebenarnya, untuk mengetahui karakteristik seluruh anggota pada populasi, setiap anggota pada populasi itu harus diamati satu per satu. Cara ini disebut metode sensus. Metode ini jarang dipakai dalam penelitian ilmiah, pertama-tama karena memerlukan waktu yang lama, dan biaya yang besar. Dengan kata lain kurang praktis dan ekonomis. Alasan kedua, sering metode itu bersifat destruktif (merusak). Jika setiap buah salak yang dijual dicicipi satu per satu sampai habis, maka si penjual dirugikan. Karena alasan-alasan seperti itulah metode sampling banyak dipakai.
Masalahnya adalah bagaimana kita menarik sampel yang mewakili itu. Sering kita menganggap bahwa sampel yang kita tarik sudah mengganbarkan karakteristik populasinya,padahal sampel tersebut bias terhadap populasi. Misalkan kita meneliti keefektifan pengalaman belajar mahasiswa di kampus Unuversitas Kristen Satya Wacana di Salatiga. Dari 6. 000 mahasiswa pada populasi itu kita ingin menarik sebanyak 200 orang. Kedua ratus mahasiswa yang diambil dari 6.000 orang itu hanyalah mahasiswa yang datang ke kampus dengan kendaraan bermotor, dan mahasiswa yang kuliyah pagi hari. Padahal banyak mahasiswa yang dating ke kampus dengan berjalan kaki, dan banyak juga yang kuliah siang atau sore. Golongan ini tidak terwakili dalam sampel tersebut. Walaupun sampel itu merupakan bagian dari 6.000 mahasiswa dalam populasi,namun kesimpulan yang ditarik menjadi biasa dan karewna itu tidak dapat dipercaya.
Supaya penarikan sampel tidak bias, setiap satuan analisis dalam populasi harus mendapatkan peluang yang sama untuk ditarik menjadi anggota sampel. Oleh karena itu, untuk memenuhi prinsip keterwakilan, penarikan sampel harus harus dilakukan secara random (acak). Penarikan dengan cara ini disebut random sampling. Penarikan sampel dikatakan random jika setiap anggota pada populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai anggota sampel. Menarik undian pada arisan adalah satu contoh penarikan sampel seperti itu.
Besarnya sampel yang ditarik dari populasinya tergantung pada variasi yang ada di kalangan anggota populasi. Apabila anggota populasinya homogen, maka sampel yang kecil dapat dapat mewakili seluruh populasi. Makin homogen suatu populasi, makin kecil sampelnya. Dan makin tinggi variasinya, makin besar sampel yang dibutuhkan. Dalam penarikan sampel, umumnya dikenal dua cara, yaitu :
1. probability sampling, dan
2. non probability sampling.

Pada probability sampling, derajat keterwakilan dapat diperhitungkan pada peluang tertentu. Oleh karena itu, sampel yang ditarik dengan cara ini dapat dipergunakan untuk melakukan generalisasi terhadap populasi. Cara penarikan sampel yang tergolong dalam probability sampling ini, antara lain simple random sampling, stratified random sampling, cluster random sampling, dan multistage random sampling.
Penarikan setiap satuan analisis (anggota) dari populasi untuk dijadikan sampel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. dengan pemulihan, dan
2. tanpa pemulihan.
Misalkan kita menarik sampel sebesar 5 dari populasi beranggotakan 15 satuan. Pengambilan kelima anggota itu dilakukan satu per satu, tidak lima sekaligus. Setiap kali kita mengambil 1 satuan, kita catat anggota tersebut untuk mendaftarkannya. Selanjutnya kita menghadapi dua cara, yaitu apakah satuan yang sudah terambil 5 satuan. Jika cara yang pertama dilakukan, artinya anggota sudah terambil dan dicatat dikembalikan lagi, kedalam populasi, sehingga ia berpeluang diambil untuk kedua kalinya maka pengambilan sampel dilakukan dengan pemulihan (reflacement). Setiap kali diambil, dikembalikan lagi, sampai kita memperoleh 5 anggota sebagai sampel. Tetapi, jika sudah yang terambil tidak dikembalikan sampai diperoleh 5 anggota sebagai sampel, maka cara itu disebut pengambilan sampel tanpa pemulihan.
Penarikan sampel dengan nonprobability sampling pada umumnya dilakukan untuk satu penelitian yang populasinya tidak diketahui, sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan yang berlaku umum terhadap populasi. Karena itu istilah “sampling” pada metode ini sebenarnya tidak tepat karena tidak menarik sampel. Seperti penarikan sampel terhadap pemakai narkotika, atau yang berpenyakit jiwa.
Salah satu bentuk nonprobability sampling yang banyak dipergunakan adalah metode bola salju (snowing ball). Bola salju yang berguling di lereng gunung mula-mula kecil, tapi lama kelamaan menjadi besar karena dalam proses berberguling, butir-butir salju melekat pada dirinya. Demikian pula jika kita mempelajari gejala-gejala sosial di suatu tempat. Dilokasi ini kita mencatat cirri-ciri sosial yang kita teliti kemudian kita pindah ketempat lain, demikian seterusnyasehingga makin lengkaplah pengetahuan kita tentang cirri-ciri sosial dari topic yang diteliti. Terhadap penelitian seperti ini (dan seluruh nonprobability sampling) tidak dapat dilakukan analisis statistic inferensial.

C. Probability Sampling

1. Penarikan Sampel secara Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Penarikan sampel secara acak sederhana digunakan jika populasi penelitian bersifat homogen. Misalnya pengambilan darah di labolatorium untuk memeriksa penyakit. Karena anggota populasinya sama (atau hampir sama), maka tidak begitu menjadi persoalan di mana sampel diambil dan berapa besar sampel yang dibutuhkan. Ada banyak cara untuk menarik sampel seperti ini, yaitu:
1. Sistem lotre
a. Daftarkan setiap anggota populasi menurut nomor urut, mulai nomor satu sampai habis
b. Nomor setiap anggota ditulis di atas sepotong kertas kecil, kemudian digulung.
c. Seluruh kertas gulungan dikocok, kemudian ditarik satu per satu sebagai anggota sampelsebanyak besar sampel yang dibutuhkan.
d. Baik dengan cara pengambilan maupun tanpa pengambilan, setiap kertas gulungan yang diambil dibuka kembali, dicatat nomor yang keluar, dan didaftarkan nama-nama yang sesuai dengan nomor gulungan kertas yang terambil, daftar ini disebut sanpel frem.
2. Acak sistematis
Penarikan sampel acak sistematis hampir sama dengan sampel acak sederhana. Cara tersebut hanya bias dilakukan apabila sampelnya acak atau memiliki karakteristik yang sama. Jika jumlah anggota dalam populasi adalah N= 100, dan jika dari jumlah ini akan ditarik sebanyak sampel n =20, berarti setiap 5 anggota dari populasi diambil satu sampel. Keseratus nama dari anggota populasi itu disusun dalam 20 daftar, masing-masing terdiri atas 5 satuan yang diberi nomor 1-5. Dengan demikian, penarikan sampel dilakukan sebagai berikut :
a. Daftarkan semua anggota dalam populasi dalam 20 daftar dengan nomor urut seperti diatas.
b. Ambil 5 potong kertas kecil, di atasnya ditulis berturut-turut angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Kelima potong kertas yang sudah mempunyai angka masing-masing itu kemudian digulung, setelah itu dikocok, lalu ditarik satu diantaranya. Kalau yang tertarik adalah angka 3, maka setiap nomor pada 20 daftar itu terambil sebagai sampel (lihat contoh dibawah) :

Penarikan Sampel secara Sistematis
Populasi
01 02 03 4 05 06 07 08 09 10 03 08

11 12 13 4 15 16 17 18 19 20 13 18

21 22 23 4 25 26 27 28 29 30 23 28

31 32 33 4 35 36 37 38 39 40 33 38

41 42 43 4 45 46 47 48 49 50 43 48

51 52 53 4 55 56 57 58 59 60 53 58

61 62 63 4 64 65 67 68 69 70 63 68

71 72 73 4 75 76 77 78 79 80 73 78
81 82 83 4 85 86 87 88 89 90 83 88

91 92 93 4 95 96 97 98 99 100 93 98

3. Sistem bilangan random
Cara ketiga yang lebih terjamin keacakannya dan karena itu banyak digunakan dalam penelitian-penelitian adalah penarikan sampel dengan pertolongan daftar bilangan random. Daftar bilangan random ini dapat kita temukan sebagai lempira pada buku-buku tentang statistik atau metodologi penelitian. Daftar itu terdiri atas beberapa halaman, dan dapat kita mulai dari halaman mana saja. Artinya,pemilihan halaman itu dilakukan secara acak.Katakanlah kita mulai dari halaman 2. Jika besarnya populasi adalah puluhan dan satuan, seperti 35, atau 42, atau 50, maka kita memerlukan dua digit. Tetapi kalau besarnya sampel adalah ratusan, misalnya 350, maka kita memerlukan tiga digit. Contoh selanjutnya dengan mengambil tiga digit karena populasi kita lebih dari seratus tetapi di bawah seribu. Jumlah sampel yang kita tarik adalah 35.
Sebagian dari bilangan random dalam daftar halaman 2 itu tampak sebagai berikut.

98 08 63 48 26
33 18 51 52 32
80 95 10 04 06
79 75 24 91 40
18 63 33 25 37


74 02 93 39 02
54 17 84 56 11
11 66 44 98 83
48 32 47 79 28
69 07 49 41 38

Kita mulai dari bilangan pertama kiri atas (boleh mulai dari sembarang bilangan ). Kita ambil 3 bilangan berurutan kekanan karena kita membutuhkan 3 digit.

2. Penarikan Sampel secara acak Berlapis (stratified Random Sampel) Keragaman di antara anggota populasi dinyatakan dengan ukuran statistik variance atau standard deviasi dengan notasi s. Makin besar nilai s, makin tinggi variasinya, dan makin kecil nilai s, makin kecil variasi di antara anggota populasi. Apabila variasinya cukup besar, maka pengambilan sampel secara acak tidak bias dilakukan secara langsung. Kita perlu mengklasifikasikannya secara langsung.
Dengan mengklasifikasikan populasi itu dalam 3 strata yang masing-masing anggotanya lebih homogen. Baru kemudian dilakukan penarikan sampel secara acak dari masing-masing starata.
Masalah selanjutnya adalah berapa banyak anggota sampel diambil dari setiap starata. Kalau banyaknya anggota dalam populasi adalah N, dan dari jumlah itu ditarik sampel sebesar n, maka ini adalah jumlah anggota sampel yang ditarik dari ketiga starata. Untuk itu perlu ditentukan berapa dari masing-masing starata (sampel frame) tersebut diambil secara random. 3 cara yang dapat dijadikan pedoman untuk maksud ini, yaitu secara proporsional, secara kuota, dan secara purposif.
1. Pengambilan sampel secara random proporsional berlapis (stratified proportionate random sampling)
Kalau populasi adalah N, dan besarnya sampel yang ditarik dari populasi tersebut adalah n, berarti proporsinya adalah n/N. Dari setiap starata ditarik sebanyak n/N dari jumlah anggota sebagai anggota sampel. Misalkan ada 3 starata dari N, masing-masing N1, N2, dan N3:

Starata Jumlah anggota Banyaknya sampel
I N1 n/N x N1
II N2 n/N x N2
III N3 n/N x N3
Jumlah N/n (N1 + N2 + N3) = n/N x N

2. Pengambilan sampel secara random kuota berlapis
Dari setiap starata diambil jumlah yang sama sebagai sampel. Kalau dari N populasi diambil n dari 5 starata, maka dari masing-masing strata diambil n/5.

3. Pengambilan sampel random kuota berlapis

Pengambilan sampel seperti ini sering dipakai pada strata yang (a) perbedaan anggota stratanya cukup mencolok, dan (b) salah satu atau beberapa strata mempunyai sifat yang dianggap penting. Misalnya kita meneliti maswalah kriminalitas di sebuah kota. Dari kantor polisi ditemukan data (populasi) tentang angka criminal dalam satu tahun terakhir sebagai berikut:
Jenis kejahatan Jumlah Kasus
Pencurian 600
Penipuan 300
Perkosaan 80
Pembunuhan 20
Jumlah 1000

Kalau dari populasi ini ditarik sampel sebesar 200 atau 25 % dengan cara proporsional berlapis atau kuota, maka sampelnya tampak sebagai berikut:

Proporsional Kuota

Pencurian 150 50
Penipuan 75 50
Perkosaan 20 50
Pembunuhan 5 50
Jumlah 250 250

Akan tetapi, kasus pembunuhan tidak bisa disamakan dengan kasus pencurian, dan kasus perkosaan tidak bisa disamakan dengan kasus pencurian atau penipuan. Bobot dari masing-masing kejahatan itu tidak sama. Karena itu penarikan sampel secara proporsional atau kuota kurang tepat untuk dipergunakan di sini. Penarikan sampel dilakukan sebagai berikut:
Populasi Sampel

Pencurian 600 75
Penipuan 300 75
Perkosaan 80 80
Pembunuhan 20 20
Jumlah 1000 250

3. Penarikan Sampel secara Acak Cluster

Jika populasi tersebar dalam beberapa wilayah (cluster) yang masing-masing mempunyai cirri yang sama (mirip), maka salah satu atau beberapa wilayah dapat diambil secara acak sebagai sampel. Misalnya kita meneliti masalah kemiskinan di pedesaan dalam satu kecamatan. Penduduk di setiap desa mempunyai keragaman yang sama dalam banyak hal. Keragaman dalam bidang pekerjaan, variasi dalam bidang tanggungan keluarga, variasi dalam bidang penghasilan, dan sebagainya. Berbeda dengan penarikan sampel secara berlapis di mana keacaka dilakukan pada penarikan anggota strata, maka pada cluster sampling keacakan dilakukan pada pemilihan cluster bukan pada anggota cluster-nya.

4. Penarikan Sampel secara bertahap Berganda

Penarikan sampel dengan cara ini biasanya dilakukan pada populasi yang anggotanya tersebar pada wilayah yang luas. Misalnya kita meneliti masalah kemiskinan di kalangan penduduk di provinsi x. Provinsi ini terdiri atas 5 kabupaten/ kotamadya, masing-masing kabupaten terdiri atas sejumlah desa. Desa ini pun bissa disusun dalam beberapa strata, misalnya desa kota, desa edalaman, dan desa pantai. Anggota sampel dipilih dari desa-desa ini. Penarikan sampel dilakukan sebagai berikut :
Tahap I : Memilih secara purposif atau acak kabupaten sampel
Tahap II : Memilih secara purposif atau acak kecamatan sampel dalam kabupaten sampel
Tahap III : M emilih secara purposif atau acak desa sampel dalam kecamatan sampel
Tahap IV : Memilih acak penduduk dalam desa sampel.